Selasa, 10 Februari 2015

Jadi?

Ini harus berakhir seperti apa? Dan bagaimana? Semuanya ada di tanganmu.

Kini aku hanya berada diantara kalian, yang nantinya akan ada yang terluka. Iya diantara kita pasti ada yang terluka, aku, kamu, atau dia. Kamu pasti tau jawabannya.  Jika kamu memilihku, apa kamu yakin aku baik – baik saja? Dan bila kamu memilihnya, aku harus diam melihat punggungmu pergi, atau aku lekas pergi sebelum kamu tinggalkan? Toh akhirnya pun aku hanya sendiri. Lalu bagaimana perasaanmu saat harus memilih aku atau dia? Sepertinya aku mengerti, namun tak bisa dijelaskan.

Aku ingin sekali kamu memilihku, tapi kamu sadar, bukan. Kalau kamupun berada dalam genggamannya. Lalu aku bisa apa? Semua kembali pada pilihanmu.

Apa menurutmu aku terlalu berlebihan menghadapi masalah ini? Tidak, kan? Sebenarnya aku begini karna aku takut untuk kehilangan kamu. Aku sudah terlalu nyaman di sisimu. Sulit rasanya buatku untuk memulai hubungan dengan laki-laki baru, harus pendekatan lagi, harus saling pengertian lagi, harus jaim-jaim lagi, harus belajar nyaman lagi, dan harus mengulang semuanyaaaaa!! Dan itupun belum tentu dia bisa nerima sifat sifat burukku. Bagaimana kalau dia nggak sesabar kamu, lalu mutusin aku, dan aku harus mengulangnya lagi, lagi, dan lagi dengan yang lain?

Tapi, bagaimana jika kamu memilihku? Apa kamu yakin aku akan baik-baik saja? Sedangkan aku berada dalam sebuah ancaman. Bagaimana kalau ia serius dengan ancamannya? Bagaimana? Aku takut kalau ia semakin tak suka dengan hubungan kita. Apa mungkin seharusnya aku tak hadir di tengah kalian? Maafkan aku jika ini memang sebuah kesalahan.


Kamis, 20 November 2014

Duh...Manisnya

Ketika ku duduk di balik jendela, ada bayangan yang menghampiri. Semakin dekat dan terus mendekat. Hati semakin gelisah, antara takut dan penasaran, siapakah dia?
Suara ketukan pun terdengar, kurasa jemarinya bermaksud menyapa ku. 
Lalu, ku beranikan diri untuk melihat siapa yang ada di sana..

Oh... ternyata mata indah itu.
Mata yang ku perhatikan sejak pagi. Jantungku semakin berdegup kencang saat ku ketahui ialah yang lebih dulu  menyapa ku, senangnyaaaa..

Nada bicara yang Lembut, sorot mata yang indah, dan senyumnya yang teramat manis. Sungguh amat menyesal jika aku tak memperhatikan setiap garis wajahnya. 
Sungguh indah sekali ciptaanmu Tuhan.
Dirinya membuatku tak berkutik di depannya, bolehkah aku mengenalnya lebih jauh?